Dari sudut pandang saya sebagai pelajar, sekolah dambaan itu adalah sekolah dimana fasilitas yang berada di dalamnya menunjang untuk mengekspresikan kreativitas, bakat, minat, dan imajinasi siswa. Tidak hanya fasilitas, kenyamanan di dalam ataupun di luar kelas, dalam proses KBM maupun tidak, menjadi salah satu faktor yang menentukan sekolah tersebut dapat dikategorikan sebagai sekolah dambaan.
Berikut merupakan beberapa aspek yang menurut saya dapat menjadikan sebuah sekolah menjadi dambaan para pelajar.
1. Guru
Teaching is the profession that teaches all the other profession
Guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Bak sebuah ilmu pengetahuan yang dapat berjalan, guru menjadi sosok sentral dalam kegiatan belajar mengajar. Namun seiring perkembangan zaman, siswa kini bisa mendapatkan ilmu pengetahuan tidak hanya dari guru, media informasi seperti televisi dan internet bisa menjadi "alternatif" apabila kita bosan mendengarkan wejangan-wejangan monoton dari guru di kelas. Dengan lebih atraktif, media televisi dan internet menyajikan ilmu pengetahuan tanpa batas. But well, kita tidak sepatutnya melupakan jasa-jasa seorang guru, berkatnyalah lahir seorang pebisnis, politikus, tukang becak sekalipun, sampai presiden. Walaupun dalam kenyataannya masih banyak juga tenaga pengajar yang kurang kompeten dan menguasai materi yang diajarkannya, terlebih masih adanya guru yang memarahi anak muridnya karena muridnya itu lebih pintar dari sang guru.
Sekolah dambaan tentunya harus memiliki seorang guru yang dapat membuat kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan, nyaman, dan ilmu pengetahuan yang diajarkan dapat tersampaikan kepada siswa. Pembawaan yang santai tapi serius dapat membuat siswa menjadi lebih tertarik mendengarkan materi-materi. Coba tengok sistem pendidikan di Finlandia, Guru-guru disana minimal S2, yang S1 hanya jadi pengawas bagi siswa yang kurang memahami materi.
2. Fasilitas dan Lingkungan Sekolah
Kenyamanan merupakan faktor penting dalam belajar. Salah satu yang dapat membuat seorang siwa merasa nyaman adalah adanya fasilitas yang lengkap dan lingkungan sekolah yang asri, bersih, dan menyejukan hati yang melihatnya #beeuh. Dengan begitu, kreativitas dan imajinasi siswa dapat tersalurkan dengan optimal. Sebagai contoh dari sebuah kenyamanan adalah sekolah saya, SMAN 2 Kota Tangerang Selatan, yang menjadi juara pertama lomba sekolah sehat nasional tahun 2010 silam. Contoh sebuah sekolah dambaan banget.
3. Mata Pelajaran, Tugas, dan Pekerjaan Rumah
Well, sebenernya males lagi liburan kaya gini nulis tentang pelajaran. Tapi demi kemajuan pendidikan Indonesia kedepannya, saya akan berjuang. Mata pelajaran di Indonesia mungkin menjadi salah satu yang terbanyak di dunia. Saya yang sudah penjurusan di SMA saja masih ada sekitar 14 mata pelajaran. Denger-denger sih di negara-negara maju cuman dikit mata pelajarannya. Sebagai contoh di Singapura, saya coba google-ing dan katanya di sana cuman ada 4 mata pelajaran plus 1 pelajaran bahasa. Dan itu kita bisa milih mata pelajaran apa yang bakalan kita fokusin. Yap, fokus. Dengan fokus kita dapat meraih impian. Dengan fokus juga kita bisa menyusun strategi buat ngeraih target. Tapi sayang, entah kenapa di Indonesia tingkat SMA sederajat tidak menfokuskan terhadap beberapa mata pelajaran. Kita "dipaksa" melahap semua mata pelajaran yang ada, padahal kuliah nanti cuman 1 sampai 3 mata pelajaran yang terpakai. So, sia-sia dong kita belajar mati-matian sampai mempelajari 14 mata pelajaran? Engga, sesungguhnya tidak ada yang sia-sia di hidup ini kawan. Setidaknya kita bisa menjawab ketika anak-cucu kita kelak bertanya tentang pelajaran apapun :'). Mungkin juga jumlah mata pelajaran yang banyak itu, pemerintah beranggapan semakin banyak ilmu pengetahuan yang didapat oleh anak bangsanya, akan semakin maju pula negeri ini.
Tugas dan PR. 2 hal yang menjadi momok yang membebani bagi kebanyakan siswa. Saya merasakan sendiri bahwa tugas dan PR bukanlah suatu hal yang dirasa penting ketika jumlah mata pelajaran dan jam pelajaran di sekolah sudah banyak. Tapi semakin seorang siswa tertekan dengan banyaknya tugas yang membebani, semakin "kreatif" pula mereka menyelesaikannya. Jujur pada diri sendirilah, di era teknologi seperti sekarang, seorang siswa apabila mendapat tugas, hal pertama dan utama yang dijadikan referensi adalah internet. Apa sih yang ga ada di internet? :) Tugas yang kita cari hanya perlu di copy-paste kemudian print dan diserahkan ke guru yang bersangkutan. It's easy, isn't? Well, dengan cara seperti itu we got nothing. Dulu pas zaman-zamannya internet belum ada, kebanyakan orangtua itu kutu buku. Dapat tugas, perpustakaan ujung-ujungnya. Baca-baca dulu bukunya, nulis ulang, dan baru diserahkan ke guru. Lama? iya, tapi banyak ilmu pengetahuan yang didapat dengan cara seperti itu.
Dan lagi-lagi coba tengok di Finlandia. Sistem pendidikan di sana, yang namanya pekerjaan rumah itu hampir tidak ada, sekalinya ada itupun tidak melebihi setengah jam waktu belajar di rumah. Terus kenapa kita ga ngikutin sistem pendidikan disana? Kan yang seneng bukan hanya siswanya, guru juga tidak perlu susah payah ngasih PR atau tugas hehe.
4. Bentuk Ujian Kelulusan
UN! Nah ini dia! Sekolah 3 tahun tapi ditentuinnya cuman 3 hari. Sadis emang. Rada-rada kesel juga sih, kenapa harus ada ujian kelulusan dalam bentuk UN. Lumayan banyak yang jadi alasan saya takut menentang adanya UN. Pertama, siswa dihadapkan dalam sebuah dilema yang sungguh tiada tara, 3 hari yang menentukan atau... menyeramkan. Kedua, sayang juga dana yang keluar buat menyelenggarakan UN. Dan katanya masih ada oknum-oknum yang karena kurangnya pengawasan menyalahgunakan dana yang lumayan besar tersebut. Ketiga, haruskah ada UN di negara luas dan beragam seperti Indonesia? Tingkat pendidikan tiap daerah tentunya berbeda. Di negara seperti Finlandia (ketiga kalinya saya sebut), yang luas negaranya tidak sebesar Indonesia, Tidak ada yang namanya UN, ulangan harian, mid-test, ulangan semester, dan kawan-kawan yang lainnya. Bahkan di sana tidak ada yang namanya ranking-rankingan. Jadi dengan begitu, para siswa di sana bisa bangga akan kemampuannya sendiri.
Itu dia, beberapa aspek yang menurut saya penting agar suatu sekolah dapat dikatan dambaan. Semoga tulisan acak-acakan ini dapat menggugah pemerintah agar lebih berupaya lagi meningkatkan kualitas pendidikan di negara yang kita cintai ini. Banyak harapan anak bangsamu ini agar kelak pendidikan Indonesia kedepannya dapat lebih baik lagi. Kenapa kita masih ragu mencontoh suatu sistem pendidikan terbaik seperti di Finlandia dan Singapura. Kenapa kita masih tertinggal jauh dari mereka. Kenapa, oh kenapa.
Mungkin saya yang masih awam mengenai seluk beluk sistem pendidikan di Indonesia. Mohon maaf apabila dalam tulisan ini terdapat kata-kata atau pernyataan yang salah dan kurang berkenan, saya hanyalah makhluk ciptaan Tuhan yang sering surfing di internet mencari dan menggali informasi... yang terkadang salah pula. So, here's the end of this post, babay \m/
@NaritSynth |
0 comments:
Post a Comment